Wound & Interloper: Alisa Chunchue dan Mar Kristoff di Ara Contemporary

Mengawali gelaran Art Jakarta 2025, ara contemporary mempersembahkan dua pameran tunggal perdana yang menampilkan karya dari seniman Thailand Alisa Chunchue dan seniman Indonesia Mar Kristoff. Pameran ini berlangsung di dua ruang galeri: Wound oleh Alisa Chunchue di Galeri Utama dengan teks pameran oleh Pojai Akratanakul, serta Interloper oleh Mar Kristoff di Galeri Fokus dengan teks pameran oleh Raina Alonge. Pameran berlangsung pada 27 September – 2 November 2025.

Wound: Perjalanan Meditatif Alisa Chunchue
Dalam Wound, Alisa Chunchue menghadirkan seri gambar meditatif yang mencerminkan proses penyembuhan emosional dan fisik. Dimulai pada 2020 sebagai respons terhadap duka, karya-karyanya menelusuri teknik jahitan bedah dengan pensil, membentuk pola lingkaran tanpa akhir yang memenuhi ruang. Seri ini mencerminkan ketertarikan Chunchue pada proses penyembuhan luka tubuh, di mana ketelitiannya dalam menutup luka menjadi meditasi yang menenangkan sekaligus menantang.

Dok. Ara Contemporary

Chunchue juga memamerkan patung kaca dalam seri Invisible Suture (2022-24) dan Stitching (2024). Karya-karya ini, yang melayang di udara, menggabungkan kekuatan dan kerentanan, mencerminkan ketelitian dalam menangani material kaca, sama seperti menangani tubuh manusia. Garis-garis halus yang nyaris tak terlihat mengundang penonton untuk mendekat, menciptakan pengalaman intim yang membangkitkan ketenangan. Wound adalah bukti ketahanan Chunchue, dengan setiap garis mencerminkan napas dan kehadiran dalam momen sulit. Seri ini telah meraih ARTJOG Young Artist Awards (2024), The Vogue Hong Kong Women’s Art Prize (2023), dan Prince Claus Seed Awards (2022).

Interloper: Refleksi Memori Mar Kristoff
Interloper karya Mar Kristoff menempatkan seniman sebagai pengelana di antara ruang-ruang ambigu, sebagai peserta sekaligus orang luar. Menggunakan foto keluarga dan benda temuan, Kristoff menolak memandang arsip sebagai wadah netral. Melalui sapuan kuas yang mengaburkan, membingkai ulang, dan memindahkan, ia menggugat makna yang diwariskan, membuka pertanyaan tentang kepemilikan dan narasi sebuah gambar.

Dok. Ara Contemporary

Pameran ini mengeksplorasi paradoks kenangan: keinginan untuk melestarikan di tengah distorsi yang tak terhindarkan. Setiap karya adalah upaya menahan waktu, namun sekaligus mengakui bahwa kenangan terus berubah, menyerap konteks baru, dan mengkhianati asal-usulnya. Kristoff, pemenang emas kategori seniman baru UOB Painting of the Year 2024, menghadirkan potret kenangan sebagai proses hidup yang dinamis, penuh kontradiksi, dan tak pernah selesai.

Tentang Seniman
Alisa Chunchue adalah seniman Thailand yang mengeksplorasi kondisi fisik dan mental manusia melalui karya lintas media, termasuk patung, instalasi, gambar, pertunjukan, dan videografi. Terinspirasi oleh luka otopsi dari Condon Anatomical Museum di Bangkok, karya-karyanya telah dipamerkan di ARTJOG: Ramalan (Yogyakarta, 2024), The Sovereign Asian Art Prize Finalists Exhibition (Hong Kong, 2023), dan Illuminated Curiosities (Vietnam, 2022).

Mar Kristoff, seniman multidisiplin berbasis di Bali, dikenal karena interpretasi lukisannya terhadap gambar fotografi yang mengeksplorasi identitas, nostalgia, dan waktu. Ia telah berpartisipasi dalam pameran seperti Tandur (Bali, 2024), TERRA (Prancis, 2024), dan Coalesce – OPC Collectors Show (Jakarta, 2023).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *